Minggu, 01 Mei 2011

Analisis Gerak Lempar Lembing


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Cabang olahraga atletik adalah ibu dari sebagian besar cabang olahraga (mother of sport), di mana gerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti: jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga, sehingga tak heran jika pemerintah mengkategorikan cabang olahraga atletik sebagai salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang wajib diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah lanjutan menengah atas, sesuai dengan SK Mendikbud No. 0413/U/87.
Lempar lembing merupakan bagian dari nomor lempar yang terdapat dalam cabang olahraga atletik. Dalam lempar lembing terdapat lari awalan dan kebutuhan akan koordinasi gerak lempar yang lancar, yang dilakukan sambil berlari dalam kecepatan optimal.
Lempar lembing mempunyai kekhususan bila dibandingkan dengan lempar cakram dan tolak peluru, dimana lempar lembing tidak ditentukan oleh tinggi, berat badan dan kekuatan maksimum si atlet, tetapi membutuhkan power dan kekuatan khusus lempar di atlet sebagai hasil dari panjangnya lari awalan. Oleh karena itu secara teknis, lembing hanya dapat dilempar dengan baik bila dilakukan dengan irama, timing, serta koordinasi gerakan halus yang dimulai dari kaki, tungkai, torso, dan lengan.
Dalam makalah ini, penyusun akan mencoba menganalisi gerakan lempar lembing berdasarkan prinsip-prinsip kinesiologi.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah gerakan lempar lembing?
2.      Sendi apa saja yang digunakan dalam lempar lembing?
3.      Sumbu dan bidang apa dalam gerakan lempar lembing?
4.      Pengungkit apa saja yang berperan dalam gerakan lempar lembing?
5.      Otot apa yang digunakan dalam melakukan gerakan lempar lembing?

1.3  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui gerakan lempar lembing.
2.      Untuk mengetahui sendi yang digunakan dalam lempar lembing.
3.      Untuk mengetahui sumbu dan bidang dalam lempar lembing.
4.      Untuk mengetahui pengungkit yang berperan dalam gerakan lempar lembing.
5.      Untuk mengetahui otot yang digunakan dalam melakukan lempar lembing.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gerakan Lempar Lembing
Dalam lempar lebing terdapat 3 cara untuk memegang lembing (Grip), yaitu:
1.    Pegangan ibu jari dan jari telunjuk.
Dalam posisi ini ibu jari dan jari telunjuk berada di belakang tali balutan lembing, sedangkan jari-jari yang lain berada di dalam ikatan.
2.    Pegangan ibu jari dan jari tengah.
Posisi ibu jari dan jari tengah berada di belakang tali balutan, sedangkan jari telunjuk memanjang badan lembing.
3.    Pegangan ”V”
Dalam pegangan ini lembing dipegang diantara jari telunjuk dan jari tengah. Pegangan ini dapat mencegah terjadina cedera pada saat siku diluruskan berlebihan (Over extended).
Lembing yang digunakan terbuat dari logam untuk Putra beratnya 800 gram dengan panjang 2,70 m, sedangkan Putri beratnya 600 gram dengan panjang 2,30 m.
Untuk melakukan gerakan melempar dalam lempar lembing dapat dilakukan dengan teknik gerakan lempar yang dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1.    Lari Awalan (Approach)
Posisi awal, pelempar berdiri tegak menghadap ke arah lemparan dengan kedua kaki sejajar. Lembing dipegang pada ujung belakang balutan tali memungkinkan suatu transfer kekuatan di belakang titik pusat grafitasi, sedangkan jari-jari mengimbangi tahanan dengan baik. Lengan kanan atau yang digunakan untuk membawa lembing ditekuk dengan lembing dibawa setinggi kepala dengan mata lembing menunjuk sedikit ke atas.
2.    Lari Awalan 5 Langkah
Yang dimaksud lari awalan di sini adalah sepanjang 5-8 langkah sesuai dengan kemampuan dalam lari sprint, seperti suatu lari percepatan dah harus dalam satu garis lurus. Lembing masih dibawa dalam posisi setinggi kepala dengan mata lembing tetap menunjuk sedikit ke atas. Punggung tangan menghadap ke arah luar (latera). Selama lari lengan yang membawa lembing bergerak hanya sedikit, sedangkan lengan yang lain bergerak sesuai dengan irama lari. Lima langkah mengikuti lari awalan yang siklis tanpa suatu gangguan/interupsi. Urutan langkah itu adalah kanan – kiri – kanan – kiri – lempar.
Articulation merupakan sumbu putaran ketika melakukan lompatan. Dan gerak persendian ketika atlet tersebut berlari merupakan gerak berputar dimana pusat putaran tersebut  ada pada :
1.    Articulacio humeri merupakan sumbu putaran ketika mengayunkan tangan.
2.    Articulation coxae merupakan sumbu putaran saat mengayunkan tungkai.
3.    Articulation merupakan sumbu putaran ketika melakukan lompatan
Gerakan penarikan lembing dimulai pada saat kaki kiri mendarat, bahu kiri menghadap ke arah lemparan, lengan kiri ditahan di depan untuk menjaga keseimbangan. Sedangkan lengan yang melempar diluruskan ke belakang pada waktu langkan 1 dan 2, dan lengan pelempar ada pada posisi setinggi bahu atau sedikit lebih tinggi setelah penarikan, serta ujung mata lembing dikontrol selalu dekat dengan kepala atau di samping telinga. Dalam hitungan 3, lembing harus benar-benar lurus dan hitungan 4 lakukan silang/dorongan aktif dengan kaki kanan ke depan bukan ke atas menuju arah lemparan, badan condong ke belakang, bahu kiri dan kepala menghadap ke arah lemparan, poros lengan pelempar dan bahu paralel, dan langkah impuls adalah lebih panjang daripada langkah pelepasan/delivery. Hitungan kelima atau langkah kelima mengikuti dengan menempatkan kaki kiri yang diluruskan dan dikuatkan pada tumit masuk ke posisi power (power position).
Dalam posisi power, lengan pelempar dengan lembingnya benar-benar berada di belakang, membentuk garis lurus dengan bahu. Poros lembing dan poros bahu adalah paralel, sedangkan mata memandang ke depan. Pusat massa badan bergerak ke arah lemparan lewat atas kaki kanan  dan dikontrol oleh kaki yang diluruskan. Sedangkan kaki kiri memblok separo bagian kiri badan. Dada mendorong ke depan dan menghasilkan ”tegangan seperti tali busur” yang memungkinkan penggunaan sepenuhnya dari kaki , torso, dan lengan pelempar. Tegangan busur meningkat dengan menahan lengan ke belakang.
3.    Pelepasan Lembing
Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula bahu melempar secara aktif di bawa ke depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas.
Pelepasan lembing itu terjadi di atas kaki kiri. Lembing lepas dari tangan pada sudut lemparan kira-kira 45° dengan suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah. Pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dapat digambarkan dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit ke luar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh/torso condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk dan memblok selama pelepasan lembing.
Setiap benda yang ada dibumi akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi meski seringan apapun benda  tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa setiap benda yang bergerak dia akan berhenti karena adanya gaya gravitasi tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada lembing, setelah melambung tinggi maka lembing tersebut akan jatuh dan menancap di tanah.
Saat melempar lembing diperlukan keseimbangan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika melempar. Tubuh mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan memusatkannya pada satu kaki tumpuan teori  yang tepat yaitu keseimbangan dipengaruhi oleh letak segmen-segmen anggota tubuh.
Ketika hendak melempar lembing melemparkan benda maka moment gaya juga harus kita perbesar sebab semakin besar moment gaya maka gaya yang dihasilkan juga akan semakin besar jadi juga dapat menghasilkan lemparan yang jauh. Semakin besar power kita dalam melempar benda  maka akan semakin besar pula kecepatan benda tersebut.
4.    Pemulihan
Pemulihan terjadi sebelum garis batas dengan suatu pembalikan arah lemparan ke kaki kanan. Lutut ditekuk secara signifikan dan pusat massa badan diturunkan dengan membengkokkan badan bagian atas ke depan.
Gambar 2.1 Gerakan Lempar Lembing
2.2 Sendi yang Digunakan dalam Gerakan Lempar Lembing
Untuk lebih jelasnya, articulatio yang berperan dalam gerakan lempar lembing adalah :
2.2.1 Articulatio Humeri
            Articulatio humeri adalah persendian antara cingulum extremitatum superior dan lengan atas atau disebut juga sendi bahu. Sendi ini dibentuk oleh cavitas glenoidalis scapulae dengan caput humeri.
            Sendi bahu mempunyai tiga axis gerak, maka gerakan yang terjadi dalam gerakan lempar lembing adalah :
  1. Antefleksi dan retrofleksi
  2. Abduksi dan adduksi
  3. Exorotasi dan endorotasi
2.2.2 Articulatio Cubiti
Articulatio cubiti adalah persendian antara lengan atas dan lengan bawah atau disebut juga sendi siku. Articulatio cubiti terdiri dari tiga macam hubungan tulang, yaitu :
  1. Articulatio humeroulnaris
Dibentuk oleh trochlea humeri dan incisura trochlearis ulnae
  1. Articulatio humeroradialis
Dibentuk oleh capitulum humeri dengan fovea capituli radii
  1. Articulatio radioulnaris proximalis
Dibentuk oleh incisura radialis ulnae dan circumferentia articularis capituli radii
      Gerak dari articulatio cubiti yang digunakan dalam analisis gerak lempar lembing adalah gerak fleksi sewaktu memegang lembing saat berlari, dan retrofleksi sewaktu memegang lembing pada saat 5 langkah terakhir.
2.2.3 Articulatio Radiocarpea
            Articulatio radiocarpea adalah persendian antara lengan bawah dan tangan (pergelangan tangan). Sendi ini adalah sendi ovoid (ararticulatio ellipsoidea), dibentuk oleh facies articularis carpea radii dan discuss articularis pada ujung distal ulna, dengan deretan proximal tulang carpal (os scapoideum, os lunatum, os triquetrum).
            Persendian di sini termasuk articulatio plana, yang hanya memungkinkan gerak menggelincir. Akan tetapi secara total gerak ini menghasilkan suatu gerak seperti yang didapat pada sendi-sendi engsel, pada articulatio meddiocarpea.
2.2.4 Articulationes Carpometacarpea dan Articulationes Intermetacarpeae
            Khas di sini ialah articulatio carpametacarpea pollicis. Dibentuk oleh tulang metacarpal I dan os trapesium. Termasuk sendi plana.
            Articulationes intermetacarpea adalah sendi-sendi antara basis tulang metacarpal yang berbatasan. Termasuk sendi arthrodia. Terdapat dalam capsula articularis dari articulatio carpometacarpal.
2.2.5 Articulatio metacarpopalangea
            Sendi ini menghubungkan basis phalanx proximalis dengan ujung distal metacarpal yang sesuai. Termasuk articulatio ellipsodea.
2.2.6 Articulatio Interphalangea
            Ini adalah sendi antara dua phalanx yang berdekatan, sehingga ada articulatio interphalangea proximalis dan distalis.
2.2.7 Articulatio Coxae (sendi paha)
            Sendi ini termasuk articulatio spheroidea dan dibentuk oleh caput femoris dan acetabulum. Oleh karena acetabulum menjadi lebih dalam dengan adanya labrum ini, caput femoris masuk ke dalamnya lebih dari separuh, maka sendi peluru disini dinamakan enarthrosis.
            Gerak yang terjadi dalam articulatio coxae saat melakukan gerakan lempar lembing adalah fleksi ke belakang saat berlari untuk awalan lempar lembing dan anterofleksi ke depan juga saat berlari.
2.2.8 Articulatio Genu (sendi lutut)
            Articultio genus terdiri dari beberapa hubungan tulang, yaitu :
  1. Articulatio femoropatellaris
  2. Articulatio meniscofemoralis lateralis
  3. Articulatio meniscofemoralis medialis
  4. Articulatio meniscotibialis lateralis
  5. Articulatio meniscotibialis medialis
Pada articulatio ini juga terjadi gerakan fleksi dan retrofleksi.
2.2.9 Articulatio Tibiofibularis
            Hubungan antara tibia dan fibula terdiri atas :
  1. Articulatio tibio fibularis
Merupakan articulatio plana, yang dibentuk oleh condylus lateralis tibiae dan caput fibulae.
  1. Syndesmosis tibio fibularis
Dibentuk oleh facies medialis ujung distal fibula dan incisura fibularis tibiae.
2.2.10 Articulatio Talocrulalis
            Hubungan antara tungkai bawah dan kaki berupa articulatio talocruralis. Dibentuk oleh facies articularis anferior tibiae, facies articularis melleoli tibiae, facies articularis malleoli fibulae dan dataran atas talus, yaitu : facies superior, facies malleolaris dan lateralis. Termasuk type sendi engsel (ginglymus).
2.2.11 Articulatio Intertarsalia
            Persendian pada kaki dibentuk oleh tulang-tulang tarsal, metatarsal, dan phalanges pedis, yaitu :
  1. Articulatio talocalcanea
  2. Articulatio talocalcaneonaviculare
  3. Articulatio talonaviculare
  4. Articulatio calcaneocuboidea
  5. Articulatio cuneonavicularis
  6. Articulatio intercuneiformis
  7. Articulatio cuneocuboidea
  8. Articulatio tasometatarsea
  9. Articulatio metatarsophalangealis
  10. Articulatio interphalangealis
2.3 Sumbu dan Bidang dalam Gerakan Lempar Lembing
Sumbu dalam analisi gerakan lempar lembing adalah sagital, yaitu garis potong antara bidang sagital dan transfersal, yaitu ventral ke dorsal.
Bidang yang digunakan adalah bidang transfersal, yaitu bidang yang memotong panjang tubuh secara melintang dan membagi tubuh menjadi dua bagian yaitu atas dan bawah. Di dalam gerakan lempar lembing tubuh bagian atas seperti bahu, lengan atas, dan tangan. Kemudian untuk tubuh bagian bawah yang digunakan mulai dari paha, tungkai, dan kaki.
2.4 Pengungkit dalam Gerakan Lempar Lembing
Pengungkit pada gerakan lempar lembing adalah gaya di antara beban dan sumbu. Di mana beban berada pada lembing itu sendiri, sumbu berada pada articulatio humeri. Dan gaya berada pada articulatio cubiti.
2.5 Otot yang Berperan dalam Gerakan Lempar Lembing
2.5.1Otot-Otot dari Bagian Belakang Batang Badan
  1. Musculus trapezius
  2. Musculus rhomboidei minor et mayor
  3. Musculus levator scapulae
  4. Musculus latissimus dorsi
2.5.2 Otot-Otot dari Bagian Depan Batang Badan
a.       Musculus subclsvius
b.      Musculus pectoralis minor
c.       Musculus serratus anterior
d.      Musculus pectoralis major
e.       Musculus rectus abdominis
f.       Musculus obliquus externus abdominis
g.      Musculus obliquus internus abdominis
h.      Musculus transfersus abdominis
2.5.3 Otot-Otot Bahu
  1. Musculus deltoideus
  2. Musculus supraspinatus
  3. Musculus infraspinatus
  4. Musculus teres minor
  5. Musculus teres major
  6. Musculus subscapularis
2.5.4 Otot-Otot Lengan Atas
  1. Musculus biceps brachii
  2. Musculus coracobrachialis
  3. Musculus brachialis
  4. Musculus triceps brachii
2.5.5 Otot-Otot Lengan Bawah
  1. Musculus pronator teres
  2. Musculus supinator
  3. Musculus pronator quadratus
  4. Musculus flexor carpi radialis
  5. Musculus palmaris longus
  6. Musculus flexor carpi ulnaris
  7. Musculus flexor digitorum profundus
  8. Musculus flexor pollicis longus
  9. Musculus brachioradialis
  10. Musculus extensor carpi radialis longus
  11. Musculus extensor carpi radialis brevis
  12. Musculus extensor carpi ulnaris
  13. Musculus anconeus
  14. Musculus extensor digitorum communis
  15. Musculus extensor digiti minimi
  16. Musculus abduktor pollicis longus
  17. Musculus extensor pollicis brevis
  18. Musculus extensor pollicis longus
  19. Musculus extensor indicis
2.5.6 Otot-Otot Tangan
  1. Musculus abduktor pollicis brevis
  2. Musculus opponens pollicis
  3. Musculus palmalis brevis
  4. Musculus flexor pollicis brevis
  5. Musculus adduktor pollicis
  6. Musculus abduktor digiti V (minimi)
  7. Musculus flexor digiti V brevis
  8. Musculus opponen digiti V (minimi)
  9. Musculus lumbricales
  10. Musculus interossei volaris (3 buah)
  11. Musculus interossei dorsales (4 buah)
2.5.7 Otot-Otot Pangkal Paha
  1. Musculus psoas minor
  2. Musculus psoas major
  3. Musculus illiacus
  4. Musculus tensor fasciae latae
2.5.8 Otot-Otot Tungkai Atas
  1. Musculus sartorius
  2. Musculus quadriceps
  3. Musculus pectineus
  4. Musculus adduktor longus
  5. Musculus gracillis
  6. Musculus adduktor brevis
  7. Musculus adduktor magnus
  8. Musculus adduktor minimus
  9. Musculus semitendinosus
  10. Musculus semimembranosus
  11. Musculus biceps femoris
2.5.9 Otot-Otot Tungkai Bawah
  1. Musculus tibialis anterior
  2. Musculus extensor digitorum longus
  3. Musculus extensor hallucis longus
  4. Musculus gastrocnemius
  5. Musculus soleus
  6. Musculus plantaris
  7. Musculus popliteus
  8. Musculus flexor digitorum longus
  9. Musculus lexor hallucis longus
  10. Musculus tibialis posterior
  11. Musculus peronaeus longus
  12. Musculus peronaeus brevis
2.5.10 Otot-Otot Kaki
  1. Musculus abductor hallucis
  2. Musculus abductor digiti minimus
  3. Musculus addukctor hallucis
  4. Musculus flexor digiti minimi brevis
  5. Musculus flexor halucis brevis
  6. Musculus interossei plantares (3 buah)
  7. Musculus interossei dorsales

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
            Di dalam gerakan lempar lembing banyak sekali melibatkan bagian-bagian tubuh bagian atas dan bawah mulai dari otot, sendi, sumbu dan bidang. Hasil dari kombinasi yang lengkap dari bagian-bagian tubuh tersebut menghasilkan suatu gerakan lempar lembing yang baik.
3.2 SARAN
            Sebagai calon guru olahraga, dengan mengetahui analisis gerak lempar lembing mulai dari gerakannya itu sendiri, sendi yang berperan, bidang dan sumbu yang terkait, serta otot-otot yang digunakan, diharapkan dapat menjadi suatu pegangan dalam membelajarkan anak didiknya kelak.

DAFTAR ISI
Lempar Lembing. Dari: http://www.moccasport.co.cc/2009/02/lempar-lembing_14.html
Sobotta. 2000. Atlas Anatomi Manusia 1 dan 2. Jakarta : EGC
Supriyadi. 2009. Anatomi Manusia. Malang : UM Press

Minggu, 17 April 2011

Mekanisme Pertahanan Diri


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam diri seseorang, selalu terdapat kecemasan-kecemasan terhadap sesuatu hal. Hal ini juga dapat dialami oleh seorang atlet sekalipun. Kecenderungan perasaan cemas yang dimiliki atlet pasti memiliki perbedaan dengan kecemasan yang dialami oleh orang yang memiliki profesi lain. Kecemasan seorang atlet cenderung terletak pada hasil pertandingan yang akan ia capai, ketidakharmonisan hubungan tim, adanya kecurigaan, serta kekhawatiran. Dalam mengatasi atau bahkan menyembunyikan rasa cemasnya (anxiety) terhadap hal-hal tersebut, maka timbullah mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini timbul akibat dari kecemasan yang tidak dapat teratasi oleh pikiran yang rasional. Oleh sebab itu, maka dalam ego yang terdapat dalam diri atlet tersebut mencari jalan keluar sendiri untuk mengatasi kecemasan itu. Ego menggunakan jalan yang tidak realistis guna mengatasi kecemasan-kecemasan tersebut. Dalam hal ini, mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh atlet akan terinvestasi dalam tingkah lakunya, antara lain proyeksi, displacement, represi, rasionalisasi, kompensasi, dan denial. Dalam makalah ini, penulis menyajikan beberapa mekanisme pertahanan diri yang telah disebutkan di atas beserta dengan definisi dan contoh.  
B.     Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang penulis sajikan dalam makalah ini antara lain:
1.      Apa pengertian dari mekanisme pertahanan diri?
2.      Apa saja macam-macam mekanisme pertahanan diri beserta contohnya?
C.    Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:
1.      Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan diri
2.      Agar pembaca mengetahui apa saja macam-macam dari mekanisme pertahanan diri beserta contohnya






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mekanisme Pertahanan Diri
Anxiety atau ketakutan, dapat juga diartikan kecemasan, yang terjadi dalam diri seorang atlet merupakan kecemasan terhadap hal-hal yang akan terjadi atau hal-hal yang terjadi dalam sebuah pertandingan. Dalam pertandingan, atlet tak hanya mengalami kecemasan dalam menanti hasil akhir pertandingan yang ia jalani, melainkan juga mengalami berbagai kecemasan yang berkaitan dengan hubungan yang terjadi dalam sebuah tim, adanya kecurigaan terhadap lawan, adanya kekhawatiran tentang terjadinya kesalahan-kesalahan yang mungkin ia perbuat, dan juga kecemasan terhadap segala sesuatu yang membuatnya tegang dalam menjalani sebuah pertandinga. Untuk mengatasi berbagai kecemasan yang timbul dalam dirinya, maka seorang atlet akan berusaha untuk menutupi perasaan atau pikirannya dari segala hal yang menyebabkan kecemasan tersebut. Mekanisme yang digunakan dalam menutupi perasaan-perasaan cemas tersebut disebut dengan mekanisme pertahan diri.
 Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme/alat untuk mempertahankan diri, dalam hal ini kepribadiannya (Uray Johannes & Mahmud Yunus, 1991;116). Mekanisme pertahanan diri ini terjadi akibat adanya rasa khawatir akan terancam kamanan pribadinya dalam diri seorang atlet. Freud, seorang ahli psikoanalitik, menyebutkan bahwa mekanisme pertahanan diri/mekanisme pertahanan ego terjadi sebagai akibat dari seseorang yang tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung. Maka kemudian ego yang terdapat dalam diri seseorang itu akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.
B.     Macam-macam Mekanisme Pertahan Diri
Mekanisme pertahan diri dapat terinvestasi melalui perilaku-perilaku antara lain:
1.      Proyeksi
Proyeksi merupakan suatu perilaku untuk melimpahkan sifat-sifat dalam diri seorang atlet yang tidak dapat diterima oleh dirinya sendiri kepada orang lain. Contohnya adalah jika seorang atlet basket tidak dapat memasukkan bola ke dalam ring, maka ia akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya tersebut. Dia mungkin akan menyalahkan pelatihnya karena kurang benar dalam memberaikan teknik-teknik, mungkin juga dia akan menyalahkan pengoper bola, atau bahkan dia akan menyalahakan penonton yang terlalu ramai dan merusak konsentrasinya.
2.      Displacement adalah sebuah perilaku peminahan suatu emosi terhadap orang lain yang dilimpahkan kepada benda atau orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan hal yang membuatnya emosi. Contohnya adalah jika seorang atlet pada masa kecil terlalu sering diatur atau diasuh dalam sebuah keluarga yang otoriter, maka ketika ia menjadi seorang atlet, contohnya atlet sepak bola, maka ia akan melimpahkan ketidaksukaannya terhadap sang ayah atau emosinya tersebut kepada pelatih oleh karena sifat pelatih yang otoriter. Dia mungkin akan bertindak melawan pelatih, atau bahkan mungkin tidak akan mau latihan lagi bersama pelatih tersebut.
3.      Represi adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk menghilangkan hal-hal yang kurang baik pada diri kita ke alam bawah sadar. Karena jika hal ini tidak kita lakukan, maka kita akan melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan oleh norma-norma sosial. Dengan mekanisme ini, kita akan terhindar dari situasi tanpa kehilangan wibawa kita. Contohnya adalah ketika dalam sebuah pertandingan sepak bola kita disinggung oleh lawan, perasaan tidak suka kita terhadap lawan atau perasaan marah kita terhadap lawan, kita repres ke dalam alam bawah sadar kita dengan tujuan menghindari hal-hal yang kurang baik dalam sebuah pertandingan, seperti melakukan pelanggaran-pelanggaran dan sebagainya.
4.      Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebenarnya merupakan analog dari represi yang disadari. Perbedaan supresi dengan represi yaitu, pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya. Contohnya : saat menuju ke tempat pertandingan atau sebelum pertandingan dimulai ada beberapa atlet yang sering dilihat sedang mendengarkan musik atau berbincang-bincang dengan rekan setimnya tentang bahasan diluar pertandingan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatiannya untuk sementara waktu guna mengatasi ketegangan yang dihadapi.
5.      Rasionalisasi adalah memberikan alasan-alasan yang masuk akal dan dapat diterima oleh umum yang gunanya adalah untuk menghindarkan diri dari kenyataan. Contohnya adalah seorang pelatih yang tidak berhasil membawa timnya menjadi pemenang, maka ia akan berdalih bahwa pertandingan tersebut hanya untuk mencari pengalaman bertanding.
6.      Kompensasi adalah suatu mekanisme pertahanan diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan lain untuk menyembunyikan kekurangannya terhadap hal yang lain. Contohnya adalah banyak atlet yang pada saat kecilnya sakit-sakitan, namun setelah ia berlatih dengan keras dan berat kemudian menjadi juara-juara dunia.
7.      Denial adalah sebuah tindakan penyangkalan terhadap suatu hal untuk menghilangkan perasaan-perasaan sedih dan sebagainya. Contohnya adalah jika seorang atlet mengalami cedera, maka ia akan tetap berlatih layaknya orang yang sehat. Hal ini disebabkan karena dia tidak dapat menerima kenyataan tersebut yang mungkin akan membuatnya terpuruk.
8.      Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju. Contoh lainnya yaitu : seorang playmaker dalam bola basket menyamakan dirnya dengan Mario Wuysang (pemain timnas Indonesia) untuk menambah kepercayaan dirinya.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perasaan-perasaan cemas terhadap segala sesuatu yang dialami oleh atlet, dapat disamarkan dengan sebuah tingkah laku mekanisme pertahanan diri. Mekanisme perthanan diri adalah sebuah mekanisme/alat yang digunakan untuk menyembunyikan perasaan-perasaan cemas yang dialami oleh atlet terhadap segala hal. Mekanisme pertahanan diri tersebut antara lain, proyeksi, kompensasi, denial, represi, rasionalisasi, dan displacement.
B.     Saran
Untuk mengatasi mekanisme pertahanan diri yang kompleks, maka disarankan untuk setiap tim dalam olahraga memiliki konselor yang dapat membantu atlet dalam mengatasi hal-hal yang menimbulkan kecemasan tersebut serta mengatasi mekanisme pertahanan diri yang kompleks pada atlet.



DAFTAR RUJUKAN
Johannes, uray & Mahmud Yunus. 1991/1992. Psikologi Olahraga. Malang: IKIP Malang
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama