Minggu, 17 April 2011

Mekanisme Pertahanan Diri


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam diri seseorang, selalu terdapat kecemasan-kecemasan terhadap sesuatu hal. Hal ini juga dapat dialami oleh seorang atlet sekalipun. Kecenderungan perasaan cemas yang dimiliki atlet pasti memiliki perbedaan dengan kecemasan yang dialami oleh orang yang memiliki profesi lain. Kecemasan seorang atlet cenderung terletak pada hasil pertandingan yang akan ia capai, ketidakharmonisan hubungan tim, adanya kecurigaan, serta kekhawatiran. Dalam mengatasi atau bahkan menyembunyikan rasa cemasnya (anxiety) terhadap hal-hal tersebut, maka timbullah mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini timbul akibat dari kecemasan yang tidak dapat teratasi oleh pikiran yang rasional. Oleh sebab itu, maka dalam ego yang terdapat dalam diri atlet tersebut mencari jalan keluar sendiri untuk mengatasi kecemasan itu. Ego menggunakan jalan yang tidak realistis guna mengatasi kecemasan-kecemasan tersebut. Dalam hal ini, mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh atlet akan terinvestasi dalam tingkah lakunya, antara lain proyeksi, displacement, represi, rasionalisasi, kompensasi, dan denial. Dalam makalah ini, penulis menyajikan beberapa mekanisme pertahanan diri yang telah disebutkan di atas beserta dengan definisi dan contoh.  
B.     Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang penulis sajikan dalam makalah ini antara lain:
1.      Apa pengertian dari mekanisme pertahanan diri?
2.      Apa saja macam-macam mekanisme pertahanan diri beserta contohnya?
C.    Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:
1.      Agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan diri
2.      Agar pembaca mengetahui apa saja macam-macam dari mekanisme pertahanan diri beserta contohnya






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mekanisme Pertahanan Diri
Anxiety atau ketakutan, dapat juga diartikan kecemasan, yang terjadi dalam diri seorang atlet merupakan kecemasan terhadap hal-hal yang akan terjadi atau hal-hal yang terjadi dalam sebuah pertandingan. Dalam pertandingan, atlet tak hanya mengalami kecemasan dalam menanti hasil akhir pertandingan yang ia jalani, melainkan juga mengalami berbagai kecemasan yang berkaitan dengan hubungan yang terjadi dalam sebuah tim, adanya kecurigaan terhadap lawan, adanya kekhawatiran tentang terjadinya kesalahan-kesalahan yang mungkin ia perbuat, dan juga kecemasan terhadap segala sesuatu yang membuatnya tegang dalam menjalani sebuah pertandinga. Untuk mengatasi berbagai kecemasan yang timbul dalam dirinya, maka seorang atlet akan berusaha untuk menutupi perasaan atau pikirannya dari segala hal yang menyebabkan kecemasan tersebut. Mekanisme yang digunakan dalam menutupi perasaan-perasaan cemas tersebut disebut dengan mekanisme pertahan diri.
 Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme/alat untuk mempertahankan diri, dalam hal ini kepribadiannya (Uray Johannes & Mahmud Yunus, 1991;116). Mekanisme pertahanan diri ini terjadi akibat adanya rasa khawatir akan terancam kamanan pribadinya dalam diri seorang atlet. Freud, seorang ahli psikoanalitik, menyebutkan bahwa mekanisme pertahanan diri/mekanisme pertahanan ego terjadi sebagai akibat dari seseorang yang tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan langsung. Maka kemudian ego yang terdapat dalam diri seseorang itu akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego.
B.     Macam-macam Mekanisme Pertahan Diri
Mekanisme pertahan diri dapat terinvestasi melalui perilaku-perilaku antara lain:
1.      Proyeksi
Proyeksi merupakan suatu perilaku untuk melimpahkan sifat-sifat dalam diri seorang atlet yang tidak dapat diterima oleh dirinya sendiri kepada orang lain. Contohnya adalah jika seorang atlet basket tidak dapat memasukkan bola ke dalam ring, maka ia akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya tersebut. Dia mungkin akan menyalahkan pelatihnya karena kurang benar dalam memberaikan teknik-teknik, mungkin juga dia akan menyalahkan pengoper bola, atau bahkan dia akan menyalahakan penonton yang terlalu ramai dan merusak konsentrasinya.
2.      Displacement adalah sebuah perilaku peminahan suatu emosi terhadap orang lain yang dilimpahkan kepada benda atau orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan hal yang membuatnya emosi. Contohnya adalah jika seorang atlet pada masa kecil terlalu sering diatur atau diasuh dalam sebuah keluarga yang otoriter, maka ketika ia menjadi seorang atlet, contohnya atlet sepak bola, maka ia akan melimpahkan ketidaksukaannya terhadap sang ayah atau emosinya tersebut kepada pelatih oleh karena sifat pelatih yang otoriter. Dia mungkin akan bertindak melawan pelatih, atau bahkan mungkin tidak akan mau latihan lagi bersama pelatih tersebut.
3.      Represi adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk menghilangkan hal-hal yang kurang baik pada diri kita ke alam bawah sadar. Karena jika hal ini tidak kita lakukan, maka kita akan melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan oleh norma-norma sosial. Dengan mekanisme ini, kita akan terhindar dari situasi tanpa kehilangan wibawa kita. Contohnya adalah ketika dalam sebuah pertandingan sepak bola kita disinggung oleh lawan, perasaan tidak suka kita terhadap lawan atau perasaan marah kita terhadap lawan, kita repres ke dalam alam bawah sadar kita dengan tujuan menghindari hal-hal yang kurang baik dalam sebuah pertandingan, seperti melakukan pelanggaran-pelanggaran dan sebagainya.
4.      Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebenarnya merupakan analog dari represi yang disadari. Perbedaan supresi dengan represi yaitu, pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya. Contohnya : saat menuju ke tempat pertandingan atau sebelum pertandingan dimulai ada beberapa atlet yang sering dilihat sedang mendengarkan musik atau berbincang-bincang dengan rekan setimnya tentang bahasan diluar pertandingan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatiannya untuk sementara waktu guna mengatasi ketegangan yang dihadapi.
5.      Rasionalisasi adalah memberikan alasan-alasan yang masuk akal dan dapat diterima oleh umum yang gunanya adalah untuk menghindarkan diri dari kenyataan. Contohnya adalah seorang pelatih yang tidak berhasil membawa timnya menjadi pemenang, maka ia akan berdalih bahwa pertandingan tersebut hanya untuk mencari pengalaman bertanding.
6.      Kompensasi adalah suatu mekanisme pertahanan diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan lain untuk menyembunyikan kekurangannya terhadap hal yang lain. Contohnya adalah banyak atlet yang pada saat kecilnya sakit-sakitan, namun setelah ia berlatih dengan keras dan berat kemudian menjadi juara-juara dunia.
7.      Denial adalah sebuah tindakan penyangkalan terhadap suatu hal untuk menghilangkan perasaan-perasaan sedih dan sebagainya. Contohnya adalah jika seorang atlet mengalami cedera, maka ia akan tetap berlatih layaknya orang yang sehat. Hal ini disebabkan karena dia tidak dapat menerima kenyataan tersebut yang mungkin akan membuatnya terpuruk.
8.      Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju. Contoh lainnya yaitu : seorang playmaker dalam bola basket menyamakan dirnya dengan Mario Wuysang (pemain timnas Indonesia) untuk menambah kepercayaan dirinya.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perasaan-perasaan cemas terhadap segala sesuatu yang dialami oleh atlet, dapat disamarkan dengan sebuah tingkah laku mekanisme pertahanan diri. Mekanisme perthanan diri adalah sebuah mekanisme/alat yang digunakan untuk menyembunyikan perasaan-perasaan cemas yang dialami oleh atlet terhadap segala hal. Mekanisme pertahanan diri tersebut antara lain, proyeksi, kompensasi, denial, represi, rasionalisasi, dan displacement.
B.     Saran
Untuk mengatasi mekanisme pertahanan diri yang kompleks, maka disarankan untuk setiap tim dalam olahraga memiliki konselor yang dapat membantu atlet dalam mengatasi hal-hal yang menimbulkan kecemasan tersebut serta mengatasi mekanisme pertahanan diri yang kompleks pada atlet.



DAFTAR RUJUKAN
Johannes, uray & Mahmud Yunus. 1991/1992. Psikologi Olahraga. Malang: IKIP Malang
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama







Tidak ada komentar:

Posting Komentar